Minggu, 18 Oktober 2015

Perjalanan Singkat ke Karimun Jawa dan Kota Semarang - Part 3

Part 3 nya terlambat sekali yah, hehe. Maaf karena banyaknya persoalan pribadi jadi tulisannya terhambat deh 😢


Di part 3 ini saya akan menceritakan momen snorkling saya sampai perjalanan pulang ke Jakarta.


Setelah usai berenang di antara hiu dan berfoto di sekelilingnya, kami melanjutkan perjalanan ke spot snorkling yang pertama. Sayang saya sudah lupa nama spot snorkling ini. Kami mengenakan jaket pelampung, kaki katak, dan kacamata untuk snorkling di atas kapal. Arus cukup tenang dan masih banyak kapal lain yang membawa tamu di sekeliling kami. Setelah mengumpulkan keberanian untuk turun ke laut, kami mulai menyesuaikan diri dengan kondisi laut, berkeliling tidak terlalu jauh dari kapal, mencoba berenang dengan kaki katak, menyesuaikan dengan alat pernapasan, hingga akhirnya pada sesi foto-foto saya mulai pertama dan melepaskan jaket pelampung yang saya kenakan. Pemandu kami yang asli berasal dari Karimun membantu kami menyelam dan tour guide kami mencari spot yang pas untuk menjepretkan kamera.


Karang di kepulauan Karimun ini cukup kaya dan varietas ikannya pun cukup banyak. Ombaknya yang tenang sebenarnya pas sekali untuk berenang sedikit lebih jauh dari kapal, tapi karena kami sudah mulai lelah dan makanan untuk ikan kecil sudah habis, maka kami pun naik ke kapal.


Kami lanjut ke Pulau Cemara Kecil. Kapal berlabuh cukup jauh dari pulau karena pasirnya yang luas menghampar. Sejak turun dari kapal, kami berjalan kaki di dalam air setinggi betis. Karena banyak karang, maka tour guide kami menyarankan untuk tetap menggunakan alas kaki. Di Pulau Cemara Kecil, pasirnya putih dan luas menghampar. Sangat cocok untuk berjalan-jalan, berfoto atau sekedar bermain air dan pasir. Kami hampir melupakan panas matahari yang menyengat karena serunya bermain dan berfoto di pasir dan air yang dangkal.


Nasi, ikan bakar, dan sambal kecap yang enak disajikan untuk kami. Setelah makan, beberapa mencicipi kelapa muda seharga Rp 14.000. Kami juga kedapatan bule cantik yang minta difoto. Tour guide dan pemandu asli Karimun kami pun dengan sigap ambil kesempatan untuk foto bersama 😁 Setelah berleha-leha sejenak, kami masih menyempatkan diri untuk berkeliling pulau sejenak dan kembali berfoto. Lalu berjalan kaki kembali ke kapal melalui air yang dangkal. Ikan nemo sempat saya lihat di antara karang yang ada di perairan dangkal ini. Kecil-kecil dan lucu sekali, ada sekitar 3-4 ekor ikan nemo. Pemandangan ini membuat saya tersenyum dan terkagum. Benar-benar lucu dan gesit sekali ikan nemo kecil itu di karang yang menjadi rumahnya.


Kapal melaju lagi ke arah kami pulang. Tapi sebelumnya kami masih sempat snorkling di salah satu Pulau Gosong (belakangan saya baru tahu bahwa ada beberapa Pulau Gosong di Karimun). Karang di sini lebih luas dan lebih bervariasi. Ikan-ikannya pun lebih beragam terutama yang berenang di sekitar terumbu. Sayang, ombak sedikit lebih kencang dan kaki saya keram. Meskipun tetap memaksakan diri untuk berenang beberapa lama, saya jadi sulit untuk menikmati keindahan karang dan ikannya lebih lama lagi.


Ketika kami kembali ke pelabuhan, matahari terbenam sangat cantik, menimbulkan warna warni di permukaan laut. Suasana tenang dan langit cerah membuat kami bisa menikmati matahari hingga tenggelam oleh awan. Benar-benar indah suasana sore itu. Seperti ada pelangi di permukaan langit dan laut.


Malam saya dan beberapa rekan yang masih terbangun kembali menyempatkan diri untuk kembali ke dermaga ini dengan harapan bisa menikmati bintang. Tapi bulan bersinar terang sekali. Hampir purnama saat itu. Bintang pun tertutup. Kami duduk di dermaga sambil berbincang. Angin malam yang cukup dingin menerpa kami yang hanya memakai pakaian tidur tanpa jaket atau celana panjang. Tapi selama hampir 1 jam, kami tetap duduk di sana dan membicarakan banyak tempat yang sudah kami kunjungi.


Inilah malam terakhir kami di Karimun. Ketika kami bertolak ke Semarang. Masih ada beberapa tempat yang kami kunjungi. Pertama adalah Sam Poo Kong. Cuaca benar-benar panas di sini. Tapi saya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk berfoto atau mengelilingi tempat yang bisa saya kelilingi tanpa bayar 😁 Beberapa yang tidak tahan untuk berkeliling di tengah matahari yang super panas duduk di bawah pohon yang rindang sambil menikmati minuman dingin.


Sementara ketika kami berkunjung ke Lawang Sewu, kami sudah tidak terbakar cuaca. Ice cream pot membantu kami menyejukan badan sejenak. Saya merasa kami agak terburu-buru di sini. Tidak banyak sejarah yang saya baca. Padahal sepertinya banyak sekali sejarah atau benda-benda di masa lalu yang menarik untuk diketahui ceritanya. Saya masih berkesempatan untuk menemukan lukisan stasiun Bogor tempo dulu, kampung halaman saya. Juga melihat-lihat jenis-jenis telepon dan alat komunikasi sejenisnya. Kami lebih menikmati arsitektur bangunan Lawang Sewu yang unik. Pintu berderet, jendela berderet dan banyaknya ruangan di dalamnya. Juga dipadukan dengan bawah tanah, lantai atas yang sayangnya keduanya dilarang untuk dimasuki saat itu, jendela warna warni seperti di dalam gereja, dan ukuran bangunannya yang luas dan tinggi. Menyenangkan untuk bisa berkeliling di tempat seluas itu dengan banyaknya benda pajangan yang bisa menambah pengetahuan dan wawasan.


Sepertinya hanya itu saja ringkasan cerita saya di Karimun dan Semarang. Intinya, saya menikmati waktu saya di sana. Jika suatu saat saya berkesempatan kembali ke sana, saya ingin memiliki lebih banyak waktu dan lebih banyak spot snorkeling dan pulau sekeliling Karimun untuk saya kunjungi. Semoga dermaga yang rusak dapat diperbaiki, hutan-hutan tetap terjaga dan tidak habis untuk rumah-rumah kecil atau penginapan. Semoga kita dapat menjaga keindahan Karimun dan keindahan tempat-tempat lain di Indonesia.



Posting of ElisabetZ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar