23 September 2015, saya memulai perjalanan ke Karimun Jawa. Perjalanan cukup panjang karena saya dan 6 orang teman saya menempuh jalur darat melalui kereta. Kami memulai perjalanan dari Stasiun Gambir. Jadwalnya molor karena ada tabrakan kereta di Stasiun Juanda. Beruntung sekali untuk teman saya yang terlambat karena tertahan kereta di Jatinegara, tersesat waktu naik Gojek bahkan masih sempat ditilang, tidak ketinggalan kereta 😂
Sekitar jam 9 malam kereta datang dan jam 3 subuh kami tiba di Stasiun Semarang Tawang. Ini perjalanan pertama saya menggunakan kereta jarak jauh. Perjalanan aman dan lancar. Di kereta disediakan bantal kecil warna biru tua dan selimut hijau. Posisi kursi dan sandaran kaki dapat disesuaikan. Sandaran kakinya masih kurang nyaman untuk saya yang bertubuh jangkung 😢
Dari Stasiun Semarang Tawang sudah ada mobil yang siap mengantar kami ke pelabuhan di Jepara. Hampir pukul 5 pagi, kami sampai di pelabuhan. Ternyata kami sejadwal dengan para bule-bule, sekelompok orang asia (kemungkinan Korea) dan satu atau dua kelompok kecil orang Indonesia lainnya. Perjalanan dengan kapal non ekspress menempuh waktu sekitar 5 jam. Dibandingkan dengan kapal kecil sewaktu saya pergi ke Kepulauan Seribu, kapal ini lebih besar, lebih nyaman, dan goncangannya tidak terlalu besar. Hampir sepanjang perjalanan saya tertidur, hingga beberapa saat sebelum kapal merapat ke pelabuhan.
Tibalah kami di Karimun Jawa. Perjalanan panjang membuat kami lelah dan lapar. Mayoritas dari kami bahkan belum mandi sejak 24 jam lalu 😓 Dengan mobil yang sudah siap di pelabuhan, kami segera diantar ke tempat makan yang sederhana. Bau laut dan pasir tercium dari tempat kami makan. Bahkan air putih yang saya pesan pun terasa asin.
Selesai makan siang, kami segera ingin ke penginapan untuk membersihkan badan dari debu-debu perjalanan. Lagi-lagi perjalanan panjang harus kami lalui. Mobil yang kami naiki benar-benar alakadarnya. Tidak ada AC, jendela dibuka dan posisi bangku paling belakang aneh, membuat yang duduk disana selalu kembali merosot ke belakang. Naik dan turun jalan sudah biasa jika saya ke daerah Puncak. Tapi naik dan turun jalan disertai jalanan yang berlubang-lubang dan mobil alakadarnya benar-benar pengalaman baru bagi kami. Sepanjang perjalanan kami terombang ambing di dalam mobil, lelah tapi tertawa karena kondisi kami yang hampir seperti naik kuda 😂
Setelah sekitar setengah jam perjalanan yang terasa setiap detiknya itu, tibalah kami di homestay kami. Rumah penduduk yang sederhana. Tidak ada pagar dan listrik menyala setelah jam 6 sore. Beberapa kucing berkeliaran di sekitar rumah. Dinding kamar mandi masih dibuat dari semen, tapi toilet dan shower sudah tersedia. Kamar tidur cukup luas untuk 3 sampai 4 orang. Kasur busa dan kipas angin sudah disediakan di setiap kamar yang berjumlah 5. Dari dalam kamar, kami bisa melihat atap yang tidak ada langit-langitnya seperti di rumah modern biasa. Suara dari ruangan yang satu bisa terdengar cukup jelas dari ruangan lain. Jika jendela kamar dibuka, beberapa serangga dengan cepat masuk ke dalam kamar.
Bersambung ke part 2 .....
Posting of ElisabetZ